Kumpul Blogger

Tuesday, August 3, 2010

VALUE ADDED REPORTING


Kerangka Teori Laporan Nilai Tambah
Nilai tambah didefinisikan sebagai beda antara nilai output perusahaan dengan nilai input perusahaan. nilai tambah dapat juga diartikan sebagai pertambahan kekayaan yang dihasilkan dari penggunaan produktif sumber daya perusahaan sebelum dialokasikan kepada pemegang saham, pemegang obligasi, kreditor, pekerja dan pemerintah.
Pada dasarnya laporan nilai tambah merupakan modifikasi laporan laba rugi. Laporan laba rugi menghitung laba ditahan (retained earnings) sebagai selisih antara penjualan (sales) yang dikurangi biaya, pajak dan dividen.
R = S – B – DP – W – I – DD – T (1)
Dimana

R = Laba Ditahan
S = Penjualan
B = Pembelian Bahan & Jasa
DP = Penyusutan
W = Upah & Gaji
I = Bunga
DD = Dividend
T = Pajak

Persamaan nilai tambah didapat dengan menyusun kembali persamaan laba ditahan menjadi
S – B = W + I + DP + DD + T + R (2)
atau
S – B – DP = W + I + DD + T + R (3)
Persamaan (2) merupakan format nilai tambah bruto sedangkan persamaan (3) merupakan format nilai tambah neto. Sisi kiri persamaan (2) dan (3) merupakan nilai tambah, sedangkan sisi kanannya merupakan alokasi nilai tambah diantara partner kerja perusahaan yang terdiri dari kelompok pekerja, kelompok pemegang saham, kelompok pemegang obligasi dan kreditor serta pemerintah.
Keunggulan Format Nilai Tambah Bruto Yang Dikemukakan Morley (1979):
Ø Nilai tambah akan lebih obyektif bila menyertakan penyusutan dalam perhitungannya. Obyektifitas ini memberikan keyakinan bagi para pekerja akan validitas laporan nilai tambah untuk menghitung bonus produktivitas, ini dikarenakan para pekerja menilai format bruto mempersempit ruang bagi tindakan manipulasi ataupun normalisasi.
Ø Format bruto memberi kemungkinan untuk melihat nilai reinvestasi yang tergambar pada pos penyusutan dan laba ditahan. Dengan demikian format bruto lebih bersifat pengungkapan penuh (full disclosure)
Ø Format bruto memiliki visi dan preferensi yang sama dengan yang dimiliki oleh para ekonom dalam hal penghitungan pendapatan nasional bruto.
Dilain pihak, format nilai tambah neto juga mempunyai kelebihan yang patut dipertimbangkan, yaitu:
Ø Format neto mempunyai definisi yang relatif lebih baik bagi pengertian nilai tambah yang akan didistribusikan dibanding format bruto. Format bruto menghasilkan nilai tambah yang ditetapkan lebih tinggi (overstated) karena melibatkan unsur Penyusutan.
Ø Format neto sesuai dengan prinsip matching cost against revenue dalam akuntansi
Ø Format neto mengeliminasi perhitungan ganda (double counting) yang terjadi bila ada pertukaran aktiva tetap antar dua perusahaan.
Ø Format Neto sesuai dengan konsepsi “distribusi keuangan kepada kelompok pekerja, pemilik modal dan pemerintah”.
Perlakuan Pos-pos Tertentu
1. Nontrading Credits
Nontrading credits didefinisikan sebagai penerimaan yang didapat bukan dari aktivitas normal perusahaan di bidang jasa, perdagangan atau manufaktur. Contoh non-trading credits adalah: penjualan sekuritas; penjualan aktiva yang bukan merupakan persediaan; laba selisih kurs; uang muka dari pemegang saham, direksi, pegawai, perusahaan afiliasi, kreditor, dll. pos nontrading credits ini menurut kami bukan merupakan nilai tambah bagi perusahaan. Dengan demikian jumlah nontrading credits akan dikoreksi terhadap jumlah laba ditahan.
2. Pos Luar Biasa (Extraordinary Gains And Losses)
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia pada PSAK No.25 yang termasuk sebagai pos luar biasa apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan.
b. Tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.
Kedua kriteria tersebut harus selalu dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta faktor geografis perusahaan. Bila hanya salah satu terpenuhi kriteria terpenuhi maka transaksinya dikelompokkan sebagai penghasilan atau beban lainlain. PSAK No.25 menyatakan bahwa pos luar biasa harus disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan, dengan demikian pengguna laporan keuangan dapat melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan yang berasal dari kegiatan normal sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luar biasa tersebut terhadap perhitungan laba rugi perusahaan. Dalam perhitungan nilai tambah perlakuan pos luar biasa dapat dianalogikan sama dengan pos non-trading credits jadi bukan merupakan nilai tambah. Dengan demikian nilainya merupakan koreksi terhadap laba ditahan.
Kelebihan dan Kegunaan Lain dari Laporan Nilai Tambah
Meskipun konsep nilai tambah belum mencapai tingkat penggunaan yang meluas dikarenakan belum adanya model laporan yang konvensioanl, namun beberapa penulis telah menguji beberapa kelebihan dan keterbatasan yang berhubungan dengan laporan nilai tambah. Kelebihan utama laporan nilai tambah terletak pada cakupan teknis multidimensional-nya dibanding model laporan keuangan konvensional. Berikut ini beberapa kelebihan yang dimiliki oleh laporan nilai tambah.
v Memberikan iklim organisasi yang kondusif bagi pekerja.
v Alat prediksi yang andal. Rasio yang dibuat berdasarkan nilai tambah dapat digunakan untk memprediksi dan mendeteksi keadaan ekonomi untuk kepentingan perusahaan.
Beberapa contoh rasio yang dapat digunakan (Morley, 1979):
a. Rasio nilai tambah/upah. Selain untuk mengukur kontribusi pekerja terhadap nilai tanmbah yang terjadi, dapat juga digunakan untuk meramalkan kecenderungan dalam biaya tenaga kerja, selain itu juga dapat digunakan dalam negosiasi gaji.
b. Rasio pajak/nilai tambah sebagai indikator peran pemerintah dalam perusahaan.
c. Rasio nilai tambah/penjualan selain untuk mengukur pengaruh penjualan terhadap nilai tambah juga dapat digunakan untuk menentukan derajat integrasi vertikal pada suatu grup perusahaan. Rasio ini juga dapat dijadikan sebagai indeks daya tahan perusahaan terhadap perubahan pasokan bahan dan jasa.
d. Rasio nilai tambah/capital employed dapat digunakan untuk mengukur produktivitas modal yang digunakan dalam perusahaan (Cox, 1978).
e. Rasio nilai tambah/operating assets untuk mengukur produktivitas asset operasional
f. Rasio nilai tambah/penyusutan sebagai ukuran produktivitas aktiva berwujud
g. Rasio laba operasional/nilai tambah sebagai ukuran kontribusi profit terhadap nilai tambah
v Konsep laporan nilai tambah kurang lebih sama dengan konsep yang digunakan para ekonom untuk menghitung pendapatan nasional. Seperti diketahui untuk menghitung pendapatan nasional salah satu langkahnya adalah dengan menjumlahkan nilai tambah perusahaan-perusahaan.
v Laporan nilai tambah dapat juga berfungsi sebagai alat ukur untuk menentukan signifikansi sebuah perusahaan dalam suatu perekonomian. Jumlah nilai tambah yang diciptakan perusahaan merupakan tolok ukur yang lebih baik jika dibandingkan dengan penjualan atau modal karena penggunaan kedua pos tersebut dapat menimbulkan misinterpretasi.
Kelemahan Laporan Nilai Tambah
Tidak populernya penggunaan laporan nilai tambah bisa jadi karena kelemahan dari laporan tersebut yang dapat dikemukakan disini.
  1. Laporan nilai tambah bersandar pada konsepsi yang mungkin saja keliru mengenai perusahaan, yaitu memandang sebuah perusahaan bukan sebagai entitas tapi merupakan kelompok-kelompok partner yang bekerja sama.
  2. Laporan nilai tambah berpotensi menimbulkan mispersepsi dalam kasus apabila nilai tambah meningkat tetapi earning per share (EPS) menurun.
  3. Keberadaan laporan nilai tambah berpotensi mengarahkan manajemen pada tujuan yang salah yakni memaksimalkan nilai tambah perusahaan.