Pages

Sunday, May 13, 2012

KRITERIA KEPUTUSAN


A.    Pengantar
Di dalam penilaian keputusan investasi atau studi kelayakan bisnis menggunakan kriteria. Dimulai dari kriteria yang “sempit” sampai dengan kriteria yang lebih “luas”. Kriteria yang sempit hanya menekan pada aspek profitabilitas dipandang dari sudut bisnis yang sering disebut profitabilitas komersial. Sedangkan dari sudut yang lebih luas adalah dengan memerhatikan manfaat proyek bagi perekonomian nasional dan segi social.
Dalam studi kelayakan bisnis yang sebagian besar membicarakan segi bisnis maka profitabilitas komersial lebih diperhatikan. Investor memiliki prioritas penilaian suatu proyek yaitu apakah suatu proyek memberikan tingkat keuntungan yang dianggap layak.
Sekalipun studi kelayakan bisnis lebih menitikberatkan pada kriteria profitabilitas komersial daripada profitabilitas ekonomi nasional, namun tidak ada salahnya mengetahui criteria-kriteria penilaian lain untuk menilai sumbangan proyek pada perekonomian nasional. Hal ini karena biasanya pemerintah akan lebih memerhatikan dalam arti memberikan fasilitas dan dukungan pada proyek-proyek yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Pada dasarnya terdapat dua pendekatan utama dalam menilai sumbangan proyek kepada perekonomian nasional, yaitu sebagai berikut:
a.       Menitikberatkan pada satu atau lebih karakteristik penting, misalnya penerimaan devisa, penggunaan tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan penggunaan modal sekecil-kecilnya.
b.      Mengkonsentrasikan pada hasil keseluruhan yang diharapkan dalam usaha untuk menemukan rata-rata, nilai bersih proyek yaitu dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada di dalamnya.
Kriteria penilaian yang akan dibahas antara lain: a) kriteria intensitas faktor, b) kriteria luas dan kompleksitas proyek, c) kriteria pendapatan valuta asing/devisa, d) kriteria profitabilitas komersial, e) kriteria profitabilitas ekonomi social, dan f) kriteria pemilihan proyek.
B.     Kriteria Intensitas Faktor
Berdasarkan kriteria ini, pemerintahan suatu negara sebaiknya memberikan prioritas pembangunan proyek-proyek yang memanfaatkan faktor surplus, yaitu misalnya tenaga kerja daripada faktor yang jarang misalnya modal (kapital). Namun, perlu diperhatikan bahwa kelebihan tenaga kerja dalam kenyataannya bukan satu-satunya faktor yang perlu diperhatikan karena masih banyak faktor-faktor lain yang juga memengaruhinya.
Kriteria ini memiliki kelemahan, yaitu harus diikuti dengan asumsi “faktor-faktor lain dianggap tetap tidak terpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dijadikan kriteria”. Padahal dalam kenyataan, keadaan tersebut sulit ditemui. Jadi, penggunaan faktor surplus tenaga kerja sulit dijadikan kriteria satu-satunya tanpa mempertimbangkan akibatnya, terutama akibat negatifnya terhadap faktor-faktor lain, misalnya produktivitas yang rendah, yang justru kemungkinan besar akan mengurangi ‘nilai’ proyek itu sendiri.

C.    Kriteria Luas dan Kompleksitas Proyek
Kriteria lain yang bisa digunakan untuk membuat keputusan investasi adalah luas dan tingkat kompleksitas elemen-elemen yang terdapat dalam proyek. Semakin luas suatu proyek semakin kompleks permasalahan yang dihadapinya. Luas dan kompleksitas tersebut meliputi aspek keuangan, produksi dan keuangan yang diperoleh dari aspek-aspek lain.
Secara umum, pada tahap awal pembangunan suatu negara, jenis-jenis usaha kecil yang mempergunakan teknik produksi sederhana dan memberikan return yang cepat sebaiknya diberi dukungan lebih kompleks yang dilaksanakan beberapa waktu kemudian setelah masyarakat siap untuk melaksanakannya. Contoh : sasaran pembangunan bidang ekonomi setiap PELITA Republik Indonesia. Pada pelita pertama sasaran pembangunan ekonomi kita diprioritaskan pada sektor pertanian dan industri pendukung pertanian. Pelita kedua, selain masih meneruskan pembangunan petani dan industri pendukung pertanian, sasaran pembangunan kita adalah industri pengolah bahan mentah menjadi bahan baku, serta industri pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku. Pelita ketiga memiliki sasaran pembangunan industri pendukung pertanian dan pertanian menuju swasembada pangan, industri pengola bahan mentah menjadi bahan baku, serta industri pengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Pada pelita keempat sasaran pembangunan, selain masih meneruskan sasaran-sasaran sebelumnya juga mulai melaksanakan industri penghasil mesin industri. Sedangkan pada pelita kelima, mulai diprioritaskan pada industri penghasil mesin-mesin industri untuk segera menuju tinggal landas.
Dari contoh diatas, dapat kita lihat suatu iliustrasi mengenai tahap-tahap pelaksanaan pembangunan menuju industrialisasi suatu negara yang paling sederhana dengan kemampuan masyarakat negara yang bersangkutan menuju industri-industri yang lebih kompleks.

D.    Kriteria Pendapatan Valuta Asing/Devisa
Salah satu pertimbangan keputusan dilaksanakan suatu proyek adalah seberapa besar penghematan devisa yang diperoleh bagi produkl-produk yang diproduksi  proyek jika produk tersebut adalah subtitusi impor, atau seberapa pendapatan devisa yang diperkirakan akan didapat adri ekspor produk yang akan dihasilkan proyek.
Suatu negara kadang mengalami pengurangan cadangan devisa, baik disebabkan oleh pengurangan pendapatan devisaataupun olrh meningkatnya pengeluaran devisa. Hal tersebut disebabkan  misalnya kegagalan produksi pertanian sehingga pemerintah perlu membeli lebih bnayk bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri agar tercukupi.
Pertimbangan yang menyertai perlunya digunakan kriteria pendapatan devisa adalah sebagai berikut:
Ø  Krisi cadangan devisa akan emnagncam kelangsungan jangka panjang suatu negara, maka proyek-proyek yang secara komersial tidak layakpun bisa diterima asal menghasilkan devisa yang relatif tinggi atau proyek tersebut paling tidak membantu megatasi kesuliatn devisa.
Ø  Jika proyek-proyek yang ada selama ini dinilai dalam jangka panjang tidak mampu menhasilkan devisa yang cukup bagi negara yang bersangkutan, membanganu proyek-proyek yang memberikan pendapatan devisa atau yang menghemat devisa merupakan proyek-proyek yang harus diprioritasskan.
Kelemahan kriteria ini sebagaimana kriteria-kriteria sebelumnya adalah tidak melihat atau mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan yang berkaitan tidak hanya satu atau dua faktor, melainkan berbagai faktor yang saling memperngaruhi.


E.     Kriteria Profitabilitas Komersial
Berbeda dengan kriteria-kriteria sebelumnya yang hanya mepertimbangkan satu aspek dalam proyek maka krioteria profitabilitas komersial ayng mempertimbangkan berbagai faktor, lebih diterima secara luas sebagai alat untuk menilai proyek secara keseluruhan. Kriteria tersebut digunakan oleh investor swasta maupun pemerintah atau lembaga-lembaga keuangan, baik swasta maupun pemrintah. Perkiraan profitabilitas adalah laba bersih yang diharapakan sesudah pajak.
Penggunaan kriteria profitabilitas komersial untuk menilai proyek-proyek industri` sangat disarankan karena kriteria ini cenderung bersifat obyektif dan menggunakan sapek penting yaitu, biaya. Dengan mendapatkan informasi yang akurat mengenai permintaan atau pasa, harga, produksi dan biay, profitabilitas komersial tidak sulit dihitung dan cara perhitungannya telah dikenal melalui prosedur akuntansi.
Profitabilitas komersial ini bisa juga dipergunakan untuk membanduingkan investasi satu dengan yang lain bagi para investor swasta. Bagi pemerintah yang akan menangani proyek secara langsung dalam arti menginvestasikan dananya kedalam suatu bisnis negara, profitabilitas komersial bisa digunakan untuk perkiraan prestasi keuangan bisnis negara yang akan dilaksanakan.
Profitabilitas komersial merupakan sebuah prakiraan yang tidak lepas dari penyimpangan.  Terdapat dua bagian besar di dalam profitabilitas komersial ini, yaitu estimasi biaya produksi dan estimasi penerimaan penjualan. Jika terdapat kesalahan pada salah satu bagian tersebut, akan mengakibatkan kesalahan pada poerhitungan rate of return. Sebaliknya, jika estimasi profitabilitas komersial dengan teliti dibuat dan mendasarkan pada konsep koservatif, profitabilitas komersial tersebut bisa digunakan sebagai dasar penilain prospek proyek, terutama dalam kaitannya dengan bisnis komersial. Namun, dalam kebijaksanaan  perencanaan pembangunan dan/atau bagi proyek-proyek yang memerlukan bantuan pemerintah (dana atau lainnya)sebaiknya tidak menggunakan kriteria profitabilitas komersial sebagai petrimbangan satu-satunya dalam poengambilan keputusan, melainkana perlu dilengkapi pula dengan kriteria profitabilitas ekonomi nasional.

F.     Kriteria Profitabilitas Ekonomi Nasional
Profitabilitas ekonomi nasional adalah rata-rata rate of turn bersih suatu investasi  dalam hubungannya dengan perekonomian nasional. Perhitungan profitabilitas nasional selain memasukan biaya ekonomis dan laba yang sering tidak diperhitungkan juga memasukan biaya dan manfaat nonekonomis yang seharusnya dibutuhkan dalam suatu penilaian proyek agar diperoleh nilai proyek yang sebenarnya terhadap perekonomian nasional. Metod menilai profitabilitas ekonomi nasional adalah mendasarkan pada perhitungan profitabilitas komersial lalu disesuiakan dengan kondisi  yang memerlukan penyesuaian. Kelebihan profitabilitas nasional adalah mempeelihatkan nilai yang sebenarnya suatu proyek  terhadap perekonomian nasional. Kelemahannya adalah jika terjadi kesalahan perhitungan.

G.    Kriteria Pemilihan Proyek
Kriteria pemilihan proyek mendasarkan pada kriteria profitabilitas komersial dan kriteria profitabilitas ekonomi nasional ditambah dengan pertimbangan kualitatif. Kelemahan kriteria ini adalah jika pertimbangan kualitatif diluar pertimbangan ekonomis mendominasi pengambilan keputusan. Kriteria pemilihan proyek ini dipergunakan untuk menentukan urutan proyek dari sekelompok usulan proyek. Caranya dengan membuat analisis perbandingan sekelompok usulan proyek, kemudian menentukan prioritasnya.

No comments:

Post a Comment