A.
Pengantar
Di dalam
penilaian keputusan investasi atau studi kelayakan bisnis menggunakan kriteria.
Dimulai dari kriteria yang “sempit” sampai dengan kriteria yang lebih “luas”. Kriteria
yang sempit hanya menekan pada aspek profitabilitas dipandang dari sudut bisnis
yang sering disebut profitabilitas komersial. Sedangkan dari sudut yang lebih
luas adalah dengan memerhatikan manfaat proyek bagi perekonomian nasional dan
segi social.
Dalam studi
kelayakan bisnis yang sebagian besar membicarakan segi bisnis maka
profitabilitas komersial lebih diperhatikan. Investor memiliki prioritas
penilaian suatu proyek yaitu apakah suatu proyek memberikan tingkat keuntungan
yang dianggap layak.
Sekalipun studi
kelayakan bisnis lebih menitikberatkan pada kriteria profitabilitas komersial
daripada profitabilitas ekonomi nasional, namun tidak ada salahnya mengetahui
criteria-kriteria penilaian lain untuk menilai sumbangan proyek pada
perekonomian nasional. Hal ini karena biasanya pemerintah akan lebih
memerhatikan dalam arti memberikan fasilitas dan dukungan pada proyek-proyek
yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Pada dasarnya
terdapat dua pendekatan utama dalam menilai sumbangan proyek kepada perekonomian
nasional, yaitu sebagai berikut:
a. Menitikberatkan
pada satu atau lebih karakteristik penting, misalnya penerimaan devisa,
penggunaan tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan penggunaan modal
sekecil-kecilnya.
b. Mengkonsentrasikan
pada hasil keseluruhan yang diharapkan dalam usaha untuk menemukan rata-rata,
nilai bersih proyek yaitu dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada di
dalamnya.
Kriteria
penilaian yang akan dibahas antara lain: a) kriteria intensitas faktor, b) kriteria
luas dan kompleksitas proyek, c) kriteria pendapatan valuta asing/devisa, d) kriteria
profitabilitas komersial, e) kriteria profitabilitas ekonomi social, dan f) kriteria
pemilihan proyek.
B.
Kriteria
Intensitas Faktor
Berdasarkan
kriteria ini, pemerintahan suatu negara sebaiknya memberikan prioritas
pembangunan proyek-proyek yang memanfaatkan faktor surplus, yaitu misalnya
tenaga kerja daripada faktor yang jarang misalnya modal (kapital). Namun, perlu
diperhatikan bahwa kelebihan tenaga kerja dalam kenyataannya bukan satu-satunya
faktor yang perlu diperhatikan karena masih banyak faktor-faktor lain yang juga
memengaruhinya.
Kriteria
ini memiliki kelemahan, yaitu harus diikuti dengan asumsi “faktor-faktor lain
dianggap tetap tidak terpengaruh dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dijadikan
kriteria”. Padahal dalam kenyataan, keadaan tersebut sulit ditemui. Jadi,
penggunaan faktor surplus tenaga kerja sulit dijadikan kriteria satu-satunya
tanpa mempertimbangkan akibatnya, terutama akibat negatifnya terhadap
faktor-faktor lain, misalnya produktivitas yang rendah, yang justru kemungkinan
besar akan mengurangi ‘nilai’ proyek itu sendiri.
C.
Kriteria
Luas dan Kompleksitas Proyek
Kriteria
lain yang bisa digunakan untuk membuat keputusan investasi adalah luas dan
tingkat kompleksitas elemen-elemen yang terdapat dalam proyek. Semakin luas
suatu proyek semakin kompleks permasalahan yang dihadapinya. Luas dan
kompleksitas tersebut meliputi aspek keuangan, produksi
dan keuangan yang diperoleh dari aspek-aspek lain.
Secara
umum, pada tahap awal pembangunan suatu negara, jenis-jenis usaha kecil yang
mempergunakan teknik produksi sederhana dan memberikan return yang cepat
sebaiknya diberi dukungan lebih kompleks yang dilaksanakan beberapa waktu
kemudian setelah masyarakat siap untuk melaksanakannya. Contoh : sasaran
pembangunan bidang ekonomi setiap PELITA Republik Indonesia. Pada pelita
pertama sasaran pembangunan ekonomi kita diprioritaskan pada sektor pertanian
dan industri pendukung pertanian. Pelita kedua, selain masih meneruskan
pembangunan petani dan industri pendukung pertanian, sasaran pembangunan kita
adalah industri pengolah bahan mentah menjadi bahan baku, serta industri
pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku. Pelita ketiga memiliki sasaran
pembangunan industri pendukung pertanian dan pertanian menuju swasembada pangan, industri pengola bahan mentah
menjadi bahan baku, serta industri pengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Pada
pelita keempat sasaran pembangunan, selain masih meneruskan sasaran-sasaran
sebelumnya juga mulai melaksanakan industri penghasil mesin industri. Sedangkan
pada pelita kelima, mulai diprioritaskan pada industri penghasil mesin-mesin
industri untuk segera menuju tinggal landas.
Dari
contoh diatas, dapat kita lihat suatu iliustrasi mengenai tahap-tahap
pelaksanaan pembangunan menuju industrialisasi suatu negara yang paling
sederhana dengan kemampuan masyarakat negara yang bersangkutan menuju
industri-industri yang lebih kompleks.
D.
Kriteria
Pendapatan Valuta Asing/Devisa
Salah
satu pertimbangan keputusan dilaksanakan suatu proyek adalah seberapa besar
penghematan devisa yang diperoleh bagi produkl-produk yang diproduksi proyek jika produk tersebut adalah subtitusi
impor, atau seberapa pendapatan devisa yang diperkirakan akan didapat adri
ekspor produk yang akan dihasilkan proyek.
Suatu
negara kadang mengalami pengurangan cadangan devisa, baik disebabkan oleh
pengurangan pendapatan devisaataupun olrh meningkatnya pengeluaran devisa. Hal
tersebut disebabkan misalnya kegagalan
produksi pertanian sehingga pemerintah perlu membeli lebih bnayk bahan pangan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri agar tercukupi.
Pertimbangan
yang menyertai perlunya digunakan kriteria pendapatan devisa adalah sebagai
berikut:
Ø Krisi
cadangan devisa akan emnagncam kelangsungan jangka panjang suatu negara, maka
proyek-proyek yang secara komersial tidak layakpun bisa diterima asal
menghasilkan devisa yang relatif tinggi atau proyek tersebut paling tidak
membantu megatasi kesuliatn devisa.
Ø Jika
proyek-proyek yang ada selama ini dinilai dalam jangka panjang tidak mampu
menhasilkan devisa yang cukup bagi negara yang bersangkutan, membanganu
proyek-proyek yang memberikan pendapatan devisa atau yang menghemat devisa
merupakan proyek-proyek yang harus diprioritasskan.
Kelemahan
kriteria ini sebagaimana kriteria-kriteria sebelumnya adalah tidak melihat atau
mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan yang
berkaitan tidak hanya satu atau dua faktor, melainkan berbagai faktor yang
saling memperngaruhi.
E.
Kriteria
Profitabilitas Komersial
Berbeda
dengan kriteria-kriteria sebelumnya yang hanya mepertimbangkan satu aspek dalam
proyek maka krioteria profitabilitas komersial ayng mempertimbangkan berbagai
faktor, lebih diterima secara luas sebagai alat untuk menilai proyek secara
keseluruhan. Kriteria tersebut digunakan oleh investor swasta maupun pemerintah
atau lembaga-lembaga keuangan, baik swasta maupun pemrintah. Perkiraan
profitabilitas adalah laba bersih yang diharapakan sesudah pajak.
Penggunaan
kriteria profitabilitas komersial untuk menilai proyek-proyek industri` sangat
disarankan karena kriteria ini cenderung bersifat obyektif dan menggunakan
sapek penting yaitu, biaya. Dengan mendapatkan informasi yang akurat mengenai
permintaan atau pasa, harga, produksi dan biay, profitabilitas komersial tidak
sulit dihitung dan cara perhitungannya telah dikenal melalui prosedur
akuntansi.
Profitabilitas
komersial ini bisa juga dipergunakan untuk membanduingkan investasi satu dengan
yang lain bagi para investor swasta. Bagi pemerintah yang akan menangani proyek
secara langsung dalam arti menginvestasikan dananya kedalam suatu bisnis
negara, profitabilitas komersial bisa digunakan untuk perkiraan prestasi
keuangan bisnis negara yang akan dilaksanakan.
Profitabilitas
komersial merupakan sebuah prakiraan yang tidak lepas dari penyimpangan. Terdapat dua bagian besar di dalam
profitabilitas komersial ini, yaitu estimasi biaya produksi dan estimasi penerimaan
penjualan. Jika terdapat kesalahan pada salah satu bagian tersebut, akan
mengakibatkan kesalahan pada poerhitungan rate
of return. Sebaliknya, jika estimasi profitabilitas komersial dengan teliti
dibuat dan mendasarkan pada konsep koservatif, profitabilitas komersial
tersebut bisa digunakan sebagai dasar penilain prospek proyek, terutama dalam
kaitannya dengan bisnis komersial. Namun, dalam kebijaksanaan perencanaan pembangunan dan/atau bagi
proyek-proyek yang memerlukan bantuan pemerintah (dana atau lainnya)sebaiknya
tidak menggunakan kriteria profitabilitas komersial sebagai petrimbangan
satu-satunya dalam poengambilan keputusan, melainkana perlu dilengkapi pula
dengan kriteria profitabilitas ekonomi nasional.
F.
Kriteria
Profitabilitas Ekonomi Nasional
Profitabilitas ekonomi nasional adalah rata-rata rate of turn bersih suatu investasi dalam hubungannya dengan perekonomian
nasional. Perhitungan profitabilitas nasional selain memasukan biaya ekonomis
dan laba yang sering tidak diperhitungkan juga memasukan biaya dan manfaat
nonekonomis yang seharusnya dibutuhkan dalam suatu penilaian proyek agar
diperoleh nilai proyek yang sebenarnya terhadap perekonomian nasional. Metod
menilai profitabilitas ekonomi nasional adalah mendasarkan pada perhitungan profitabilitas
komersial lalu disesuiakan dengan kondisi
yang memerlukan penyesuaian. Kelebihan profitabilitas nasional adalah
mempeelihatkan nilai yang sebenarnya suatu proyek terhadap perekonomian nasional. Kelemahannya
adalah jika terjadi kesalahan perhitungan.
G.
Kriteria
Pemilihan Proyek
Kriteria pemilihan proyek mendasarkan pada kriteria
profitabilitas komersial dan kriteria profitabilitas ekonomi nasional ditambah
dengan pertimbangan kualitatif. Kelemahan kriteria ini adalah jika pertimbangan
kualitatif diluar pertimbangan ekonomis mendominasi pengambilan keputusan.
Kriteria pemilihan proyek ini dipergunakan untuk menentukan urutan proyek dari
sekelompok usulan proyek. Caranya dengan membuat analisis perbandingan
sekelompok usulan proyek, kemudian menentukan prioritasnya.
No comments:
Post a Comment