DESAIN PENELITIAN
D |
esain penelitian (research design), adalah merupakan framework dari suatu penelitian ilmiah. Desain penelitian yang baik akan menentukan keberhasilan serta kualitas suatu penelitian ilmiah. Dengan menyusun desain penelitian, peneliti pada dasarnya membuat arahan tentang berbagai hal yang harus dilakukan dalam upaya untuk melakukan suatu penelitian ilmiah. Berikut ini digambarkan desain penelitian kuantitatif menurut Sekaran (2000).
DETAIL STUDI
Bagian pertama dari suatu desain penelitian terutama dalam penelitian kuantitatif adalah detail studi (details of study). Kelompok ini berfungsi sebagai backbone dari suatu penelitian. Peneliti diharuskan untuk mengindetifikasi semua masalah utama yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Setiap aktivitas pada detail studi merupakan bagian yang integral sehingga harus diidetifikasi secara sistematis dan berkelanjutan. Detail studi diawali dengan pernyataan permasalah penelitian dan diakhiri dengan setting studi.
MASALAH PENELITIAN
Setelah peneliti menentukan bidang penelitian (problem area) yang diminatinya, kegiatan berikutnya adalah menemukan permasalahan (problem finding atau problem generation). Penemuan permasalahan merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian. Situasinya jelas: bila permasalahan tidak ditemukan, maka penelitian tidak perlu dilakukan. Pentingnya penemuan permasalahan juga dinyatakkan oleh ungkapan: “berhasilnya perumusan permasalahan merupakan setengah dari pekerjaan penelitian”. Permasalahan yang ditemukan, selanjutnya perlu dirumuskan ke dalam suatu pernyataan (problem statement). Dengan demikian, penelitian dapat dilihat sebagai proses yang mencakup dua tahap: (1) penemuan masalah, dan (2) perumusan masalah.
Tipe Masalah Penelitian
Masalah penelitian pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang memerlukan solusi. Sekaran mendefinisikan empat kemungkinan tipe masalah dalam penelitian bisnis: (1) masalah-masalah yang saat ini di suatu lingkungan organisasi yang memerlukan solusi, (2) area-area tertentu dalam suatu organisasi yang memerlukan pembenahan atau perbaikan, (3) persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan penelitian untuk menjelaskan (atau memprediksi) fenomena, (4) pertanyaan penelitian yang memerlukan jawaban empiris.
Menemukan tipe pertanyaan penelitian merupakan tahap yang paling penting dalam setiap penelitian, sehingga peneliti dituntut untuk menyediakan waktu yang lebih lama untuk merumuskan masalah penelitian dengan baik. Harus dipahami bahwa pertanyaan-pertanyaan penelitian memiliki “substabsi” misalnya, apakah peneliti sedang mempertanyakan “siapakah”, “apakah”, “dimanakah”, “mengapakah”, atau “bagaimanakah” yang akan memberikan rambu-rambu penting untuk strategi penelitian yang sesuai.
Sumber Penemuan Masalah
Kegiatan untuk menemukan permasalahan biasanya didukung oleh survai ke perpustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Perlu dimengerti, dalam hal ini, bahwa publikasi berbentuk buku bukanlah informasi yang terbaru karena penerbitan buku merupakan proses yang memakan waktu cukup lama. Perkembangan pengetahuan terakhir biasanya dipublikasikan sebagai artikel dalam majalah ilmiah; sehingga suatu (usulan) penelitian sebaiknya banyak mengandung bahasan tentang artikel-artikel (terbaru) dari majalah-majalah (jurnal) ilmiah bidang yang diteliti.
a. Literatur yang dipublikasikan: buku, teks, jurnal, text database
b. Literatur yang tidak dipublikasikan: skripsi, tesis, disertasi, paper, makalah-makalah seminar , lokakarya
c. Pengamatan di lapangan, diskusi, ceramah, kuliah, dosen para peneliti dan para ahli, pernyataan pemegang otoritas.
d. Pengalaman pribadi: semakin banyak pengalaman seseorang baik peneliti maupun manajer akan semakin banyak permasalahan yang didapatkan untuk penelitian.
Metode Penemuan Masalah
Kegiatan penemuan permasalahan, seperti telah disinggung di atas, didukung oleh survai ke perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang diteliti. Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi “latar belakang permasalahan” dalam usulan penelitian. Permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai kesenjangan antara fakta dengan harapan, antara tren perkembangan dengan keinginan pengembangan, antara kenyataan dengan ide. Permasalahan dapat diidentifikasi sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan, ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian, kemerosotan dan semacamnya”. Ide untuk menemukan masalah penelitian dapat diperoleh melalui pendekatan secara “formal” maupun “informal”. Pendekatan formal melibatkkan prosedur yang berdasarkan metodologi tertentu, sedangkan cara informal bersifat subjektif. Dengan demikian, pendekatan formal secara umum dinilai lebih baik dibandingkan dengan pendekatan informal.
Pendekatan Formal
Pendekatan formal dalam rangka menemukan masalah dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
Rekomendasi suatu riset. Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat rekomendasi dan keterbatasan penelitian. Rekomendasi penelitian umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Rekomendasi tersebut dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.
Analogi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil” pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Penggunaan konsep analog akan membantu peneliti dalam merumuskan masalah penelitian yang ide dan konsepnya berasal dari keberhasilan penerapan suatu teori atau metode pada bidang tertentu.
Renovasi. Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen atau metode yang kurang relevan dari suatu teori dengan komponen teori atau metode lain yang lebih efektif. Misalnya program audit dengan metode pos-pos laporan keuangan, kemungkinan dapat diubah berdasarkan metode system informasi.
Dialektik. Dengan metode ini peneliti dapat mengusulkan pengembangan terhadap suatu teori atau metode yang telah ada. Focus masalah adalah penerapan teori atau metode alternative. Misal, metode pengukuran berdasarkan current cost dapat diusulkan sebagai alternatif dari historical cost pada pengukuran jenis aktiva tertentu.
Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks dan saling berhubungan.
Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan ke dalam komponen-komponen yang lebih spesifik. Misalnya masalah akuntansi sewa beli (leasing) dapat dibagi menjadi beberapa elemen yang lebih spesifik, antara lain: (1) dasar pengukuran, (2) penerapan teori nilai sekarang, (3) matching cost with revenue.
Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks. Misal, masalah penelitian yang menguji penerapan teori agency, teori motivasi secara simultan untuk pengukuran kinerja manajerial.
Pendekatan Informal
Pendekatan informal (subyektif) dalam rangka menemukan masalah dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
Konjektur (perkiraan). Seringkali permasalahan dapat ditemukan berdasarkan intuisi pembuat keputusan mengenai situasi tertentu yang mempunyai potensi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi intuisi pembuat keputusan antara lain: hubungan dengan lingkungan sekitarnya, imajinasi, persepsi, dan kemampuan membuat kebijakan.
Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk menemukan permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendayagunaan komputer dalam proses audit EDP.
Konsensus. Ide masalah peneltian ditentukan berdasarkan adanya consensus atau konvensi dalam praktik bisnis. Konsensu atau konvensi merupakan kebiasaan yang dipraktikkan dalam bisnis yang tidak dilandasi teori yang baku . Misal, kriteri materiality dalam penyajian laporan audit.
Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber penemuan masalah. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab-sebab keberhasilan. Misal, pengalaman perusahan dalam menghadapi kesulitan modal kerja dapat mengarahkan penemuan masalah yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan aktiva.
Perumusan Permasalahan
Sering dijumpai usulan penelitian yang memuat “latar belakang permasalahan” secara panjang lebar tetapi tidak diakhiri (atau disusul) oleh rumusan (pernyataan) masalah. Perumusan masalah atau pertanyaan penelitian sebenarnya merupakan kesimpulan dari uraian “latar belakang” tersebut. Kriteria penelitian yang baik menghendaki rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang jelas dan tidak ambiugitas. Rumusan masalah yang jelas (tajam) akan sanggup memberi arah (gambaran) tentang jenis data yang diperlukan, cara pengolahannya yang sesuai, dan memberi batas lingkup tertentu pada temuan yang dihasilkan.
Bentuk Rumusan Permasalahan
Contoh pernyataan permasalahan di atas mengambil bentuk satu pernyataan disusul oleh beberapa pertanyaan. Terdapat lima macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu:
(1) bentuk satu pertanyaan (question);
(2) bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang spesifik;
(3) bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa pertanyaan (question).
(4) bentuk hipotesis; dan
(5) bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.
Bentuk Hipotesis nampaknya jarang dipakai lagi pula, biasanya perletakan hipotesis dalam laporan atau usulan penelitian tidak menempati posisi yang biasa ditempati oleh pernyataan permasalahan. Hal yang lain, bentuk pertanyaan seringkali dapat diujudkan (diubah) pula sebagai bentuk pernyataan. Dengan demikian, secara umum, hanya ada dua bentuk pernyataan permasalahan: Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan
Karakteristik Rincian Permasalahan
Karakteristik tiap rincian permasalahan atau sub-problema adalah sebagai berikut:
1. Setiap rincian permasalahan haruslah merupakan satuan yang dapat diteliti (a researchable unit ).
2. Setiap rincian terkait dengan interpretasi data.
3. Semua rincian permasalahan perlu terintegrasi menjadi satu kesatuan permasalahan yang lebih besar (sistemik).
4. Rincian yang penting saja yang diteliti (tidak perlu semua rincian permasalahan diteliti)
5. Hindari rincian permasalahan yang pengatasannya tidak realistik.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan Problem statement yang ada peneliti harus menetukan tujuan penelitian apakah termasuk menjajki atau memahami dengan baik suatu kondisi (eksploratif), untuk menjelaskan (deskritif), atau bertujuan untuk menguji hipotesis. Tahap penetuan studi ini sangat penting karena akan menentukan pemilihan metode dan pendekatan yang akan digunakan.
Studi Eksplorasi (Penjajakan)
Studi penjajakan dilakukan jika peneliti tidak mengetahui banyak mengenai keadaan yang dihadapi atau jika peneliti tidak mempunyai informasi bagaimana memecahkan masalah penelitian serupa di masa lalu. Studi penjajakan pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk memahami suatu masalah dengan lebih baik, karena penelitian mengenai maslah yang perlu dipahami tersebut, masih relitif belum banyak dilakukan.
Penelitian Deskripsi
Penelitian deskriptif dilakukan dalam rangka untuk menegaskan dan untuk dapat menjelaskan karakteristik variabei -variabel yang diteliti pada suatu kondisi. Tujuan suatu penelitian deskriptif adalah menjelaskan aspek-aspek yang relevan dari fenomena yang diteliti berdasarkan perpektif individual, organisasional, industri atau tinjauan yang lain
Uji Hipotesis
Penelitian dengan pengujian hipotesis umumnya dimaksudkan untuk menjelaskan sifat suatu hubungan, atau perbedaan antar kelompok atau indenpendensi dari dua atau lebih faktor dalam suatu keadaan. Uji hipotesis disamping mengemukakan hubungan korelasional antar variabel, dapat juga untuk menentukan hubungan sebab-akibat.
JENIS PENELITIAN
Peneliti harus menetukan apakah untuk menjawab masalah (pertanyaan) penelitian diperlukan studi hubungan sebab-akibat (causal), ataukah hubungan (correlational). Studi kausal digunakan jika peneliti ingin mengetahui adanya penyebab dari suatu fenomena, serta akibat yang ditimbulkannya. Sedangkan studi korelasional dipergunakan jika peneliti ingin mengidentifikasi faktor-faktor penting yang berhubungan (associated with) dengan permasalahan penelitian.
Jenis penelitian akan berhantung pada tujuan penelitian (research question). Jika tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan sebab-akibat (causal suatu variabel maka jenis penelitiannya adalah dengan kausal dan hipotesisnya akan diarahkan pada studi sebab akibat (causal). Sebaliknya jika untuk mengindentifikasikan variabel yang berhubungan, maka hipotesisnya akan diarahkan pada studi hubungan atau studi beda diantara variabel-variabel penelitian
TINGKAT KETERLIBATAN PENELITI
Keterlibatab peneliti akan sangat tergantung pada jenis penelitian yang ditetapkan sebelumnya. Studi korelasional dilakukan dalam kondisi lingkungan yang natural, dimana relatif tidak ada keterlibatan peneliti terhadap lingkungan tersebut. Sebaliknya, jenis penelitian kausal yang bertujuan untuk menentukan hubungan sebab-akibat, peneliti biasanya cenderung melakukan intervensi dengan melakukan manipulasi terhadap suatu variabel penelitian dengan maksud untuk mempelajari pengaruh variabel dependen yang dimanipulasi. Peneliti secara sengaja melakukan perubahan suatu variabel dan intervensi terhadap kondisi normal (normal setting) yang terjadi.
UNIT ANALISIS
Unit analisis merupakan satuan terkecil dari objek penelitian yang diinginkan oleh peneliti sebagai klasifikasi pengumpulan data. Unit analisis ditentukan berdasarkan rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Ada berbagai unit analisis, peneliti harus dapat menentukan unit analisis yang paling sesuai dengan kebutuhannya karena akan mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Beberapa contoh unit analisis adalah sebagai berikut:
(1) tingkat individual, apabila peneliti ingin mengetahui perilaku pekerja atau karyawantentang sistem kompensasi yang baru ditetapkan sehingga unit data yang dianalisis adalah data yang berasal dari setiap individu pekerja
(2) tingkat kelompok, jika fokus penelitian pada perilaku pekerja dalam suatu kelompok yang dalam lingkungan organisasional dapat berupa kelompok kerja, satuan tugas, bagian, seksi atau departemen. Walaupun unit analisisnya adalah tingkat organisasional, data yang dianalisis merupakan penjumlahan atau agregasi dari data setiap individual pekerja.
(3) tingkat perusahaan, jika penelitian difokuskan pada lingkungan perusahaan tertentu, misal penenilaian kinerja suatu perusahaan
No comments:
Post a Comment